Halo semua! Pada kesempatan kali ini gua mau ceritain lo tentang
sepotong kisah perjalanan sejarah yang seru banget tapi sekaligus juga
ironis dari peradaban yang telah luar biasa berkontribusi terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan modern. Peradaban ini adalah pemegang obor
estafet kedua dari perkembangan ilmu pengetahuan umat manusia, yang
pertama dimulai sejak era klasik Yunani, Romawi, Persia, India. Untuk
selanjutnya tongkat obor tersebut diestafetkan ke para ilmuwan-ilmuwan
Eropa yang mulai memasuki Zaman Renaissance.
Wah terus peradaban apa dong yang menjadi jembatan peralihan antara
jaman klasik ke era renaissance dan enlightenment? Yak, seperti yang lo
tebak dari judulnya kita akan cerita seru tentang Zaman Keemasan
peradaban Islam dimana seluruh ilmuwan dan cendekiawan paling briliant
di muka bumi ini pada saat itu berkumpul dalam satu kekhalifahan Arab,
Persia, dan Spanyol.
Kalo gue perhatiin, banyak banget para ilmuwan dari era emas
peradaban Islam ini sering banget disebut pada hampir semua topik mata
pelajaran dan buku pegangan lo. Sebetulnya topik ini juga cukup sering
disebut di berbagai perkumpulan, baik di kelas, di masjid, di
kelompok-kelompok studi tertentu, atau dalam diskusi terbuka. Cuma
sayangnya, kalo gue perhatiin biasanya mereka yang menyebut tentang era
emas peradaban Islam ini cuma "asbun" doang (asal bunyi), alias gak
bener-bener ngerti secara mendalam soal apa yang jadi produk dari Zaman
Keemasan Islam tersebut. Dari mulai gimana latar belakangnya, kenapa
peradaban itu bisa menghasilkan begitu banyak perkembangan ilmu
pengetahuan, tokoh siapa aja yang berperan dibalik itu, faktor pendukung
era itu terus berlanjut, sampai apa yang menjadi penyebab zaman
keemasan peradaban Islam itu pada akhirnya hancur.
Nah, di postingan kali ini, gua akan mencoba mengupas secara singkat
seluruh dinamika era peradaban emas Islam. Tentunya ada banyak hal yang
mungkin gua lewatkan karena gak mungkin gua bisa merangkum semua hal
yang terjadi dalam kurun waktu kurang lebih 500 tahun hanya dengan
sebuah artikel. Tapi moga-moga artikel ini tetap bisa jadi pemicu buat
lo mencari tau lebih lanjut tentang dahsyatnya peradaban ini.
Sebetulnya di mana sih era keemasan Islam itu? Mengacu ke bagian waktu mana sih dalam sejarah?
Sebelum kita lanjut bahasannya lebih dalem, ada baiknya kita harus
tau dulu kapan sebetulnya Islamic Golden Age itu? Oke jadi yang dimaksud
sama Zaman Keemasan Islam itu adalah sebuah periode ketika Dunia Arab
secara politis bersatu di bawah kekhalifahan. Pada era ini, khususnya di
bawah pemerintahan Harun Al Rasyid dan Al Ma’mun, dunia Islam mengalami
kemajuan ilmu pengetahuan, sains, dan budaya yang luar biasa pesat.
Secara tradisional, periode ini punya rentang antara abad 8 Masehi
hingga abad 13 Masehi. Banyak ahli sejarah yang punya pendapat bahwa
periode ini juga ditandain sama waktu berdirinya Bayt al Hikmah (750 -
1258) yang merupakan pusat studi, perpustakaan, sekaligus universitas
terbesar di dunia pada saat itu. Pada periode yang cukup panjang ini
(sekitar 500 tahun), bisa dikatakan tidak ada peradaban lain di muka
bumi yang bisa menandingi pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan di
dunia Islam, dari mulai Eropa, Cina, India, semuanya salut dengan
kegigihan kekhalifahan yang menjunjung tinggi ilmu pengetahuan melebihi
peradaban manapun pada masa itu.
Perkembangan ilmu pengetahuan sebelum peradaban Islam
Sebelum masuk ke bahasan utama, gua pengen singgung sedikit aja
perkembangan ilmu pengetahuan sebelum peradaban emas Islam yang nantinya
bakal banyak jadi sumber inspirasi dari perkembangan budaya dan
filosofis Islamic Golden Age. Sebelum era Islamic Golden Age,
perkembangan ilmu pengetahuan bermula secara terpisah dari Yunani,
India, dan Persia.
Era filsafat klasik Yunani dimulai abad 6 sebelum Masehi, yang
menjadi titik fondasi filsafat dan perkembangan ilmu pengetahuan. Pada
era inilah, konsep awal sebuah negara dibuat, hukum-hukum logika,
deduksi, induksi, silogisme digagas. Pada era inilah juga klasifikasi
ilmu yang kita ketahui sekarang dirangkai, dari mulai biologi,
matematika, astronomi, ekonomi, politik, hukum, dlsb.
Sementara itu di India dan Persia, peradaban kuno di sana udah bikin
penghitungan sampe 1012 yang ditulis pada Kitab Yajurveda (1200 SM).
Pada 800 SM, seorang filsuf bernama Baudhyana, telah memikirkan konsep
dasar teorema Pythagoras. Dalam dunia astronomi, kitab Vedanga Jyotisa
(abad 6-4 SM) udah ngebicarain masalah perhitungan kalender, pengukuran
astronomis, dan penetapan aturan-aturan dasar observasi benda langit.
Kemudian angka yg kita pake sekarang nih (0-9) awalnya dikembangin oleh
matematikawan India di jaman dinasti Maurya. Sementara itu, konsep angka
0 (nol) sendiri juga pertama kali dikembangin oleh Aryabhata (kira2 500
M) yang kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Al Khwarizmi (780-850
M) dan Al Kindi (801-873 M). Jadi banyak yang sekarang salah sangka
bahwa angka ini disebutnya “angka Arab”, harusnya yang bener itu “angka
Hindu-Arab”.
Naah, itulah tadi sebagian dari pengaruh perkembangan ilmu
pengetahuan dari Yunani, India, dan Persia yang memberikan kontribusi
yang besar kepada perkembangan ilmu pengetahuan kekhalifahan zaman
keemasan Islam. Nah, sekarang kita langsung aja mulai tentang awal
terbentuknya peradaban keren ini.
Apa yang menjadi pemicu lahirnya peradaban emas Islam ini?
Secara sederhana, era ini dipicu oleh banyak hal yang saling mendukung satu sama lain.
1. Hal pertama adalah ketika khalifah pertama Dinasti Umayyah
yaitu Mu’awiyah ibn Abu Sufyan (setelah para khalifah Rashidun: Abu
Bakr, Umar, Utsman, Ali’) melakukan invasi ke daerah Transjordania dan
Syiria sampai dia menemukan banyak banget manuskrip-manuskrip kuno di
Kota Damaskus yang diwariskan dari perkembangan ilmu pengetahuan Yunani
dan Romawi (Sokrates, Plato, Aristoteles, Galen, Euclid, dsb).
Berdasarkan penemuannya itu, Mu’awiyah terinspirasi buat bikin pondasi
peradaban Islam yang berdasarkan ilmu pengetahuan.
2. Pemicu yang kedua, adalah karena pada saat yang bersamaan
kekhalifahan Ummayyah sedang mengadopsi teknologi penulisan naskah di
atas kertas yang awalnya berkembang di Tiongkok. Dengan perkembangan
teknologi penulisan itu, Mu’awiyah juga menyewa tenaga ilmuwan-ilmuwan
dari Yunani dan Romawi untuk melakukan terjemahan terhadap naskah-naskah
kuno tersebut ke dalam bahasa Arab
3. Pemicu ketiga adalah ketika dinasti Ummayah beralih menjadi
dinasti Abbasiyah yang ditandai perpindahan pusat pemerintahan dari
Damaskus ke Baghdad di Mesopotamia. Dengan perpindahan pusat
pemerintahan itu, yang dulunya (waktu di Damaskus) peradaban Islam dapet
pengaruh kebudayaan dan ilmu pengetahuan dari Yunani dan Romawi, nah
pas di Baghdad dapet tambahan pengaruh lagi dari kebudayaan Persia dan
India. Komplit lah sudah! Seluruh sumber ilmu pengetahuan terlengkap
yang dimiliki umat manusia (Yunani, Romawi, Persia, India) pada saat itu
akhirnya bisa ngumpul di satu titik lokasi.
4. Pemicu yang keempat adalah pengaruh 2 orang khalifah besar,
yaitu Harun Al Rasyid dan anaknya, Al Ma’mun yang punya cita-cita mulia
untuk membangun peradaban Islam yang menjunjung tinggi perkembangan
sains, logika, rasionalitas, serta menjaga kemajuan ilmu pengetahuan
serta meneruskan perkembangan ilmu yang telah diraih oleh Bangsa India,
Persia, dan Byzantium. Tanpa adanya peran mereka berdua yang menjunjung
tinggi ilmu pengetahuan, Zaman Keemasan Islam kemungkinan ga bakal
pernah muncul pada masa itu.
Oke, jadi siapa aja sih tokoh-tokoh dalam Islamic Golden Age? Terus
ilmu pengetahuan dan budaya apa saja yang berkembang pesat di masa itu?
1. Abu Ali al Husayn Ibn Abdallah Ibn Al Hasan Ibn Ali Ibn Sina
Ini dia nih yang kemungkinan besar lo udah pada tau. Ibn Sina atau
Avicenna adalah seorang polymath jenius asal Uzbekistan yang bener-bener
mendalami hampir semua ilmu pengetahuan, dari mulai filsafat,
kedokteran, astronomi, sekaligus ilmuwan. Avicenna ini ngeluarin
mahakarya kedokteran yang judul “Al Qanun fi al Tibb” atau “The Canon of
Medicine” dan jadi buku pegangan utama para mahasiswa kedokteran di
penjuru Eropa sampe abad ke 18, atau kurang lebih 700 tahun ke depan!
Gile ga tuh!?
Lo bisa bayangin aja kalo pada jaman itu, dunia medis masih sangat
miskin pengetahuan, kebanyakan tabib hanya meraba-raba berdasarkan
pengalaman tanpa didasari eksperimen serta pengetahuan yang sahih
tentang bagaimana sistem tubuh manusia bekerja. Nah, pada jaman itu,
Avicenna-lah mengumpulkan seluruh pengetahuan ilmu faal, anatomi,
intervensi medis dari jaman klasik Yunani/Romawi dan Persia/India sejak
jaman Hippokrates dan Galen, sekaligus digabung sama riset medis yang
dilakuin sendiri sama Avicenna. Saking kerennya nih buku, Avicenna
sampe-sampe disebut sebagai “Bapak Pengobatan Modern”.
Pada masanya, Avicenna ini dikenal sebagai orang yang berpikiran
sangat logis dan rasional, jauh melampaui manusia-manusia pada zamannya.
Perkembangan intelektual Avicenna sangat dipengaruhi dari ajaran
Aristoteles dan Plato sebagai perintis tonggak pertama konsep filsafat
logika serta budaya untuk selalu mempertanyakan segala sesuatu sampai
sedalam-dalamnya. Berdasarkan itu, Avicenna tidak cuma mengembangkan
banyak ilmu pengetahuan, tapi juga mengkritik banyak perkembangan ilmu
yang keliru dan masih nyampur-nyampur sama hal-hal mistis dan
supranatural.
• Metodologi Penelitian: Selain buku the Canon of
Medicine, Avicenna juga membuat “Kitab al Shifa” atau lebih dikenal
dengan The Book of Healing. Dalam buku itu, Avicenna meletakkan
dasar-dasar dan aturan dalam menjalankan metode eksperimen dalam mencari
kebenaran dalam ilmu pengetahuan. Sampai akhirnya metode saintifik
tersebut disempurnakan oleh Galileo yang menjadi Bapak Sains Modern.
• Astronomi: Avicenna membantah klaim klaim para
astrolog yang menyatakan bahwa pergerakan benda langit memiliki efek
kepada nasib manusia itu adalah hal yang ngaco dan gak masuk akal.
(dalam kitab: Ar Risalah fi Ibtal Ahkam al Nujum)
• Kimia: Avicenna membantah klaim para alkimiawan
(alchemist) yang menyatakan bahwa ada zat yang bisa mengubah timbal
menjadi emas yang waktu itu beken dengan istilah “The Philosopher’s
Stone" (ini gak ada hubungannya sama Harry Potter yah!)
• Geologi: Dalam buku “The Book of Healing”,
Avicenna juga membuat hipotesa bahwa awal terbentuknya gunung adalah
proses pergerakan permukaan bumi seperti gempa bumi dan pergerakan
sungai.
• Fisika: Dalam bidang mekanika, Avicenna
mengelaborasikan teori “motion” atau gerakan. Sedangkan dalam bidang
fisika optik, dia sempat menyatakan bahwa cahaya memiliki kecepatan.
Sampai akhirnya disempurnakan oleh Ole Rømer, Maxwell, dan Einstein.
• Psikologi: Dalam psikologi, Avicenna juga
menyatakan bahwa "jiwa" itu sebetulnya hanya merupakan bentuk persepsi
fisiologis kesadaran manusia, dan bukan merupakan hal yang supernatural.
Filosofi mengenai kejiwaan ini mempengaruhi banyak filsuf Barat jaman
Renaissance, terutama René Descartes.
2. Abu Yusuf Ya’qub Ibn Ishaq Al Sabbah Al Kindi
Walaupun namanya ga setenar Avicenna atau Al Farabi, Al Kindi bisa
disebut sebagai ilmuwan muslim terbesar sepanjang masa. Awalnya, Al
Kindi dipercaya sama Khalifah Al Ma’mun buat jadi ketua tim penerjemah
naskah-naskah filsafat kuno dari Yunani dan Romawi di Bayt al Hikmah.
Kebayang doong, berarti dia sambil nerjemahin itu juga sambil baca
macem-macem ilmu pengetahuan dari berbagai sumber paling awal peradaban
filsafat klasik. Kalo ga ada Al Kindi, jangan harap deh kita bisa kenal
yang namanya Avicenna, Al Farabi, dan Al Ghazali, karena mereka-mereka
ini berhutang besar terhadap buah karya terjemahan dari naskah-naskah
kuno hasil jerih payah Al Kindi.
Eit, tapi jangan disangka Al Kindi kerjaannya cuma nerjemahin doang
yah, dengan pengetahuan yang dia serap itu, dia juga mensintesa hasil
pemikirannya sendiri dengan membuat buku. Berapa banyak bukunya? Total
jumlah buku yang dia tulis tuh lebih dari 260 judul! What?? Orang sakti
mana jaman sekarang yang bisa sanggup nulis buku sebanyak itu??
Ckckkck..
Kalo gue sebutin karya-karya tenarnya, gue jamin lo udah ketiduran
duluan sebelom abis lo baca ini artikel ini saking banyaknya. Buku-buku
yang dia tulis itu ga cuma dari satu disipilin ilmu lho. Mulai dari
filsafat, matematika, kedokteran, fisika, astronomi, kimia, sampai teori
tentang musik dia tekunin abis-abisan.
Berikut gue sebut aja beberapa kontribusi dia dalam ilmu
pengetahuan: dalam bidang optik, dia menyebutkan bahwa agar mata bisa
ngeliat benda, perlu perantara yang bisa ngarahin tuh benda ke mata
kita, dalam hal ini udara. Dalam bidang kimia, dia bisa dibilang salah
satu orang yang pertama kali menyuling alkohol dan memproduksi alkohol
pabrikan dalam jumlah banyak. Selain itu, dia juga menentang para ahli
alkimia yg nyebutin bahwa unsur bisa berubah-ubah. Dalam bidang
matematika, Al Kindi merupakan salah satu orang pertama yang ngadaptasi
angka India jadi sistem bilangan Hindu-Arab (0-9) yang kita pake sampe
saat ini. Keren abis kaan??
3. Abu al Fath ‘Umar Ibn Ibrahim Al Khayyam
Al-Khayyam atau Omar Khayyam adalah seorang matematikawan, astronom,
dan pujangga yang hebat! Tuh kan, siapa bilang ilmuwan tuh ga romantis?
hehehe… Ilmuwan Persia ini lahir di Nishapur-Iran, menimba ilmu
matematika di Samarkand, lalu kerja sebagai astronom di kota Bukhara,
dua-duanya sekarang terletak di Uzbekistan.
Sumbangan terbesar Khayyam di dunia matematika adalah Segi Empat
Khayyam-Saccheri, yang dia temuin pas lagi pusing mau nerangin ke
masyarakat matematika soal postulat-postulatnya Euclid. Selain itu, dia
juga dikenal sebagai orang yang pertama kali secara lengkap ngejabarin
konsep Segitiga Pascal. Sehingga saat ini banyak ahli matematika yang
sebenernya nyebut penjabaran binomial ini sebagai “Segitiga
Khayyam-Pascal”.
Dalam dunia astronomi, ia bisa membuktikan bahwa Bumi berputar pada
sumbunya. Selain itu, dia juga salah satu anggota tim perumus kalender
Iran yang dikenal sebagai Jalali Calendar. Terakhir jangan lupa sama
buku puisinya yang paling terkenal, yaitu Rubaiyat of Omar Khayyam.
Rubaiyat ini udah diterjemahin ke puluhan bahasa di dunia lho!
4. Abu Abdullah Muhammad Ibn Musa Al Khwarizmi
Eng ing eeeng! Ini dia nih yang juga paling mendunia namanya. Al
Khwarizmi adalah Ilmuwan asal Khwarezm, Uzbekistan, ini berasal dari
keluarga dengan latar belakang penganut agama Zoroastrianisme (Majusi).
Ilmuwan ini sering banget namanya kita sebut tanpa sadar, Yes betul,
kata Algoritma berasal dari nama ilmuwan ini. Kontribusi terbesarnya
ialah mengembangkan pendekatan khusus untuk memecahkan persamaan linear
dan kuadrat, yang kita kenal dengan nama Aljabar. Konsep aljabar ini,
dia tulis dalam Kitāb Al Mukhtasar fi Hisāb al Jabr wa’l-Muqābalah atau
“Buku Rangkuman untuk Kalkulasi dengan Melengkapkan dan Menyeimbangkan”.
Selain itu, beliau inilah yang berhasil memetakan pergerakan
matahari, bulan, dan kelima planet yang dia tulis dalam kitab Zīj
al-Sindhind (Perhitungan Astronomi Pakistan dan India). Al Khwarizmi
juga ditugaskan oleh Khalifah Al Ma’mun untuk membuat peta dunia,
sekaligus mengukur keliling bumi melalui proyeksi terhadap gerakan
matahari dan pendekatan matematis. Proyek ini menghasilkan salah satu
kitab terbesarnya juga yaitu Kitāb surāt al-Ardh (Kitab Citra Permukaan
Bumi), yang lebih terkenal di Barat dengan judul “Geography”.
5. Nasir al Din Tusi
Tunggu! Siapa nih Al Tusi? Gue yakin pasti banyak dari lo yang
bahkan belom pernah denger nama tokoh ini. Ilmuwan Persia abad ke 13 ini
merupakan ilmuwan yang lumayan terakhir nongol di dunia Islam, setelah
Baghdad diluluhlantakkan oleh bangsa Mongol dibawah kepemimpinan Hulagu
Khan.
Karena terjadi pergeseran kekuasaan, Tusi mengabdikan dirinya kepada
Khan. Apa sih istimewanya Tusi? Sama seperti ilmuwan yang gua sebut
sebelumnya, doi juga seorang polymath yang nguasain banyak banget bidang
ilmu kaya matematika, astronomi, fisika, kimia, biologi, serta sastra.
Tapi yang paling bikin ilmuwan ini adalah teorinya tentang mekanisme
Seleksi Alami yang membentuk keanekaragaman hayati di dunia, yang dia
kemukain 750 tahun sebelum Charles Darwin dan Alfred Wallace, duet
pengungkap rahasia Seleksi Alami.
Tusi nyebutin bahwa organisme-organisme yang lebih cepat untuk
bermutasi dan berubah bentuk/memiliki perubahan fungsi organ akan lebih
bervariasi dibandingkan individu lainnya. Badan organisme tersebut
berubah karena faktor internal dan eksternal. Ini nih, yang merupakan
titik awal pemikiran manusia tentang asal mula spesies terbentuk.
"The organisms that can gain the new features faster are more
variable. As a result, they gain advantages over other creatures. [...]
The bodies are changing as a result of the internal and external
interactions."- Al Tusi, Kitab Akhlaq-i-Nasri
Selain mencetuskan gagasan tentang seleksi alami, Tusi juga
merupakan orang yang berjasa dalam memberikan jalan untuk munculnya era
Renaissance di Eropa, karena dialah yang menyelamatkan 400,000 buku
ketika Bayt al Hikmah dihancurkan oleh Mongol. Ia membawa kabur
naskah-naskah tersebut ke Observatorium Maragheh, Azerbaijan. Di tempat
itu ia melanjutkan risetnya tentang pergerakan Bumi yang akhirnya
menjadi inspirasi bagi Nicolaus Copernicus tiga abad kemudian sebagai
orang pertama yang membuktikan bahwa bumi mengelilingi matahari, bukan
sebaliknya.
6. Abu al Walid Muhammad Ibn Rushd
Ibn Rushd atau lebih dikenal dengan nama Averroes adalah seorang
polymath muslim yang lahir di daerah Andalusia, Spanyol. Cakupan bidang
yang dia pelajari sangat luas dari mulai logika, filsafat, psikologi,
geografi, matematika, sampai kedokteran. Ibn Rushd dikenal sebagai
ilmuwan muslim terakhir yang dengan gigih memperjuangkan nilai-nilai
logika dan metode sains dalam kebudayaan Islam ditengah gerakan dari
lawan pemikirannya yaitu Al Ghazali yang mengkritik bahwa pencampuran
ajaran filsafat Yunani dari jaman Aristoteles hingga, Avicenna dan Al
Farabi itu sesat dan tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Gara-gara pembelaannya terhadap filsafat Yunani dan metode sains,
dirinya dikucilkan dari komunitas Islam dan dianggap sesat oleh tiga
agama sekaligus, Islam, Kristen, dan Yahudi. Sampai akhirnya khayatnya,
Ibn Rushd tetap setia sama pandangannya bahwa ilmu pengetahuan,
filsafat, dan agama bisa berjalan beriringan. Ironisnya, Ibn Rushd
dikenang sebagai pejuang terakhir (sayangnya gagal) yang melakukan
perlawanan terakhir para ilmuwan Islam untuk mengedepankan logika dan
pendekatan metode saintifik.
Apa sih yang menjadi penyebab hancurnya masa peradaban emas Islam?
Okay, kalo di atas kita udah bahas beberapa ilmuwan dari zaman
keemasan Islam yang menjadikan kerajaan kekhalifahan sebagai titik
tonggak perkembangan ilmu pengetahuan yang bikin seluruh dunia
terkagum-kagum dan angkat topi dengan peradaban ini, nah sekarang kita
bahas tentang apa sih yang menjadi pemicu berakhirnya era emas ini.
Sejauh penelusuran gue, ada dua hal signifikan yang menjadikan pemicu
berakhirnya era emas ini.
1. Pertama adalah kritik dari Al Ghazali yang menentang
pengaruh dari filsafat Yunani yang mejunjung tinggi logika dalam
penalaran ilmu dalam peradaban dunia Islam. Kendati Ibn Rushd bersikeras
bahwa tidak ada kontradiksi antara filsafat Avicenna dan Al Farabi
dengan ajaran agama, Al Ghazali tetap menyatakan "perang" terhadap
pengaruh filsafat Yunani dan menginginkan pemurnian ajaran agama Islam.
Sejak perubahan filosofi pemurnian itulah, Zaman Keemasan Islam
mengalami kemunduran drastis, sehingga jarang sekali menghasilkan
ilmuwan-ilmuwan besar seperti pada abad 9-11 silam.
2. Kedua, faktor lain yang turut mendorong
runtuhnya era emas ini adalah serbuan dari bangsa Mongol yang akhirnya
meluluhlantakkan Baghdad bersama dengan perpustakaan sekaligus pusat
ilmu pengetahuan paling lengkap saat itu, Bayt Al Hikmah. Penghancuran
ini sering dianggap sebagai titik balik penurunan dunia Islam di bidang
pengetahuan. Untungnya, ratusan ribu manuskrip dari Bayt Al Hikmah
sempat diselamatkan oleh Al-Tusi ke Observatorium Maragheh, Azerbaijan
yang kemudian menjadi sumber referensi dan inspirasi para ilmuwan Eropa
pada zaman renaissance dan enlightenment.
Apa sih hikmah yang bisa kita ambil dengan menelusuri lebih dalam tentang Islamic Golden Age ini?
Okay, udah menjadi rahasia umum bahwa sejak tragedi WTC 11 September
2001, peradaban Islam mendapat tantangan yang besar, terutama perubahan
paradigma sebagian masyarakat dunia yang mengasosiasikan Islam dengan
stigma negatif seperti terorisme, represi gender, hukum syariat, dlsb.
Peristiwa 9/11 dan banyak konflik perang di Timur Tengah menjadi pemicu
perang urat-syaraf antara dunia Islam dengan sebagian Barat hingga saat
ini.
Melihat fenomena sosial seperti itu, banyak cendekiawan Islam yang
mencoba untuk "mengingatkan" kembali bahwa peradaban dunia modern saat
ini sebetulnya berhutang banyak terhadap era emas peradaban Islam di
dalam setiap kesempatan, entah itu di ruangan kelas, mesjid, madrasah,
atau forum yang terbuka untuk umum. Untuk hal yang satu itu gue sangat
sepakat banget bahwa kita gak boleh melupakan kontribusi era emas
peradaban Islam. Namun sayangnya, masih banyak dari bentuk diskusi itu
yang lupa akan esensi sesungguhnya yang bisa kita dapatkan dari
peradaban yang luar biasa ini. Esensi yang gue maksud ini adalah apa sih
yang menyebabkan dunia Islam sempat menjadi pemegang obor estafet ilmu
pengetahuan yang menerangi seluruh dunia? dan apa sebetulnya hal yang
membuat era emas ini berakhir? Karena dengan mengetahui pemicu
jatuh-bangunnya sebuah era emas, kita bisa banyak belajar untuk
membangun kembali hal yang sama serta belajar dari kesalahan masa lalu
untuk tidak mengulanginya kembali.
Dari apa yang ceritain di atas, gue ingin lo paham betul bahwa
peradaban Islam pernah begitu maju karena peradaban Islam saat itu
sangat menjunjung tinggi akses ilmu pengetahuan yang terbuka dari
berbagai macam sumber. Mereka bisa maju dengan menghargai para ilmuwan
sebelumnya kendati berasal dari kebudayaan berbeda (Yunani, Romawi,
Persia, India) sebagai pemegang tongkat estafet pertama yang merapihkan
cara pandangan kita mengenai klasifikasi ilmu dan logika. Peradaban
Islam dulu begitu maju karena menghargai perbedaan serta terbuka dengan
kelompok lain seperti Yahudi, Nasrani, Sabian, dan Zoroaster (Majusi)
untuk ikut bersama-sama membangun dunia ini dan berkontribusi
mengembangkan ilmu untuk menjadikan dunia ini lebih baik.
Peradaban inilah yang menjadi jembatan peralihan dari ilmu filsafat
yunani klasik yang abstrak menuju subjek yang lebih konkrit dengan
penalaran observasi dan pendekatan empiris. Peradaban inilah yang mulai
meraba-raba kaidah-kaidah metode penelitian ilmiah sampai akhirnya
disempurnakan oleh para ilmuwan Eropa yang memegang tongkat estafet
ketiga yang juga sempat jatuh-bangun karena pengaruh Gereja Katolik Roma
yang melarang perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Dark Age. Sampai
akhirnya lahirlah para "pahlawan baru" di Eropa yang kembali menggebrak
dunia dengan pemahaman yang baru seperti Galileo Gelilei, Copernicus,
Darwin, Newton, hingga Einstein.
Sekarang siapakah pemegang obor estafet berikutnya? Mungkin gak kita
Bangsa Indonesia bakal ikut juga berkontribusi dalam perkembangan Ilmu
Pengetahuan? Jawaban dari pertanyaan itu semua balik lagi ke pundak kita
semua, terutama pundak lo semua yang baca artikel ini.
Okay, sekian sharing gue tentang sejarah peradaban emas dunia Islam, moga-moga bermanfaat buat lo semua.
sumber : zenius education
Read More